Hal-Hal yang Menghilangkan Pahala Sedekah
Beberapa ayat
Al-Quran secara terang menyebutkan bahwa ada hal-hal yang dapat membatalkan
atau menghilangkan pahala sedekah. Ayat tersebut di antaranya adalah:
Allāh SWT Berfirman
:
اَلَّذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ اَمْوَالَهُمْ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ ثُمَّ لَا يُتْبِعُوْنَ مَآ اَنْفَقُوْا مَنًّا وَّلَآ اَذًىۙ لَّهُمْ اَجْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْۚ وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُوْنَ
Orang-orang yang
menginfakkan harta mereka di jalan Allah, kemudian tidak mengiringi apa yang
mereka infakkan itu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan
penerima), bagi mereka pahala di sisi Tuhan mereka. Tidak ada rasa takut pada
mereka dan mereka tidak bersedih.
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تُبْطِلُوْا صَدَقٰتِكُمْ بِالْمَنِّ وَالْاَذٰىۙ كَالَّذِيْ يُنْفِقُ مَالَهٗ رِئَاۤءَ النَّاسِ وَلَا يُؤْمِنُ بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِۗ فَمَثَلُهٗ كَمَثَلِ صَفْوَانٍ عَلَيْهِ تُرَابٌ فَاَصَابَهٗ وَابِلٌ فَتَرَكَهٗ صَلْدًا ۗ لَا يَقْدِرُوْنَ عَلٰى شَيْءٍ مِّمَّا كَسَبُوْا ۗ وَاللّٰهُ لَا يَهْدِى الْقَوْمَ الْكٰفِرِيْنَ
Wahai orang-orang yang beriman, jangan membatalkan (pahala)
sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan penerima), seperti
orang yang menginfakkan hartanya karena riya (pamer) kepada manusia, sedangkan
dia tidak beriman kepada Allah dan hari Akhir. Perumpamaannya (orang itu)
seperti batu licin yang di atasnya ada debu, lalu batu itu diguyur hujan lebat
sehingga tinggallah (batu) itu licin kembali. Mereka tidak menguasai sesuatu
pun dari apa yang mereka usahakan. Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum
kafir.Oleh karenanya, jika kita memberi bantuan kepada orang lain, (maka) kita
lupakan (janganlah mengungkit-ungkit), karena hal itu (akan) menyakitkan
hatinya. (QS Al Baqarah: 264)
Al-Mann atau
Mengungkit-ungkit
Al-Mann berasal dari
bahasa Arab yang berarti membangkit-bangkitkan. Dalam bersedekah, apabila
seseorang terus mengungkit dan menyebut-nyebut perbuatan sedekahnya di hadapan
orang lain, maka pahalanya bisa menghilang sama sekali. Hal ini karena orang
tersebut ingin orang lain mengetahui perbuatan sedekah yang dilakukannya.
Jika kita mengungkit-ungkit, (maka) amalan sedekah kita akan hilang, bahkan diancam dengan adzab yang pedih.
Dalam hadits Rasūlullāh SAW mengatakan:
"Tiga golongan yang Allah tidak akan berbicara dengan mereka pada hari kiamat dan tidak akan melihatnya pada hari kiamat, dan bagi mereka adzab yang pedih."
Diantaranya adalah Al Mann, yaitu orang yang suka mengungkit-ungkit amalan sedekah yang dia berikan.
Sungguh sakit hati Si Miskin ketika kita mengungkit-ungkit dengan mengatakan:
"Bukankah saya pernah membantu engkau?"
"Bukankah saya pernah meringankan bebanmu?"
"Bukankah saya pernah melunaskan hutangmu?"
"Bukankah saya pernah membantumu?"
Ini menggugurkan amalan kita.
Al-adhâ atau Menyakiti
Al-adhâ berarti
‘menyakiti’. Menyakiti hati orang yang diberi sedekah adalah hal yang tidak
disenangi oleh Allah. Hal ini seperti yang disebutkan dalam QS. Al-Baqarah 262
dan 264. Untuk itu, apabila seseorang dengan sengaja menyakiti hati orang yang
menerima sedekahnya dengan ucapan maupun perbuatan, maka sedekah yang
diberikannya tidak bernilai pahala.
Ria atau Menyombongkan
Riya’ atau Ria
memiliki arti memperlihatkan. Perbuatan baik yang dengan sengaja diperlihatkan
kepada banyak orang agar mereka mengetahuinya, tentu tidak selalu buruk. Ada
beragam niat yang tersimpan di baliknya, seperti agar orang lain berbuat hal
yang sama atau menyiarkan kebaikan. Namun, kata ria memiliki arti yang
spesifik, yakni memperlihatkan perbuatan baik demi mendapat pujian dari orang
lain.
Sum’ah atau Membesar-besarkan
Sum’ah berasal
dari kata sami’a yang berarti mendengar. Secara istilah, kata sum’ah adalah
berbuat amal dengan tujuan agar didengar oleh orang lain hingga sang pengamal
mendapat pujian dan menjadi tenar. Selain itu, sum’ah juga bisa berarti
menceritakan dan membesar-besarkan amalan yang pernah dilakukan kepada orang
lain agar dirinya mendapat perhatian dan dianggap sebagai orang yang istimewa.
Ujub/Takabur atau
Menunjukkan Kelebihan
Ujub atau takabur
merupakan sikap menunjukkan kelebihan dan kehebatan yang ada pada diri
seseorang. Hal ini dilakukan agar seseorang memperoleh pujian dari orang lain.
Selain itu, ujub dan takabur juga dapat berarti orang yang menyombongkan
kelebihan dan keunikan yang ada pada dirinya, menganggap dirinya paling hebat,
tidak ada yang dapat menyaingi kehebatan dan kelebihannya, serta menganggap orang
lain lebih rendah atau lebih hina kedudukannya.
Kelima hal di atas disebutkan oleh Allah sebagai perbuatan yang dapat membatalkan, merusak, atau menghilangkan amal sedekah. Siapa pun orang yang bersedekah dan menyertai sedekahnya dengan kelima hal di atas, maka ia tidak akan memperoleh sedikit pun pahala dari amalan sedekah itu.
Maka, jadilah kita seorang yang tatkala berinfaq tidaklah mengharap kecuali ganjaran dari Allāh Subhānahu wa Ta'āla, sebagaimana perkataan orang-orang mukminin penghuni surga
اِنَّمَا نُطْعِمُكُمْ لِوَجْهِ اللّٰهِ لَا نُرِيْدُ مِنْكُمْ جَزَاۤءً وَّلَا شُكُوْرًا
"Sesungguhnya kami memberi makan kepada kalian
karena Allāh Subhānahu wa Ta'āla, kami tidak butuh dari kalian perkataan
terima kasih dan balasan." (QS Al Insān: 9).
Ya Allāh, Mudahkanlah Kami untuk Beramal Ibadah dan Jagalah (Pahala) Amalan Ibadah Kami...Aamiin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar